Pages

Monday, December 5, 2016

Harga Diri

Suatu hari di kantin mahasiswa di Universitas Bremen, aku mengobrol dengan mahasiswi jurusan Sosiologi. Ia sedang membuat tugas tentang "harga diri" (wiki: en.de), yang dalam bahasa lain biasa disebut "Würde" (Jerman), "Dignity" (Inggris), "Dignitas" (Latin), atau "Marwah" (Arab). Ia harus mengetik makalah 8 halaman tentang harga diri dan juga membahas dengan rekan-rekan kuliahnya. Sedangkan aku hanya lagi makan bareng dengannya.

***

Suatu hal yang menarik dari harga diri adalah ia tidak kelihatan tapi ada. Harga diri adalah suatu bagian dari jati diri manusia, baik sebagai suatu pribadi maupun sebagai makhluk sosial. Harga diri manusia terikat dengan identitas manusia tersebut: dari mana ia berasal, apa agama yang dipilihnya, bagaimana bentuk tubuhnya secara biologis, apa suku, bangsa, dan kewarganegaraannya, apa orientasi seksualnya, dan bagaimana status pernikahannya.

Walau tidak kelihatan, harga diri seorang individu kalau dikumpulkan bisa menjadi harga diri suku, harga diri kampung, hingga harga diri bangsa. Termasuk juga harga diri suatu umat beragama.

Harga diri suatu bangsa yang membuat manusia rela berkumpul, berjuang bersama membentuk suatu bangsa dan juga negara. Namun harga diri bangsa juga bisa memecah suatu negara supaya bangsa tersebut bisa berpisah demi membuat negara lain yang baru.

Berbeda dengan tubuh fisik, yang terluka ketika mendapat kekerasan fisik, seperti dianiaya, harga diri tidak butuh kekerasan fisik untuk terluka. Hanya butuh kata-kata atau mungkin hanya gambar tanpa kata-kata, untuk membuat harga diri terluka. Sekali lagi kutekankan, harga diri itu ada, walau tiada bentuk yang terlihat atau bisa dipegang.

Harga diri yang terluka bisa membuat orang berkumpul dan melakukan protes ketika ada tokoh politik yang membuat komentar tidak menyenangkan tentang agama. Berkumpul bersama dan menunjukkan sikap atau pendapat di khalayak umum untuk memperjuangkan harga diri dan berkata lantang bahwa harga diri kami terluka oleh kata-kata atau tindakan seorang pemimpin adalah hak yang diakui oleh undang-undang banyak negara dan juga oleh berbagai perjanjian internasional dan deklarasi universal hak asasi manusia.

***

Sebagai seorang pemimpin hendaklah seseorang menjaga kata-katanya untuk tidak melukai harga diri manusia. Sebagai seorang netizen hendaklah seseorang tidak mengedit kata, gambar, dan video untuk provokasi sehingga makin banyak harga diri yang terluka. Sebagai seorang yang harga dirinya terluka, hendaklah protes secara strategis dan tidak melakukan hal-hal bodoh yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, serta malah melukai harga diri orang lain. Sebagai seorang yang tidak ikut protes karena merasa harga dirinya baik-baik saja, juga hendaknya tidak mencemooh mereka yang sedang berduka dan berkabung karena harga diri terluka.

Setiap orang harus menemukan dirinya sendiri yang merupakan bagian dari sesamanya. Semoga di sana, ia menemukan bahwa harga dirinya adalah harga diri sesamanya. Menjaga dan menghormati harga diri sesama manusia akan pula menjaga dan menghormati harga diri sendiri.


Bremen, 5 Desember 2016

iscab.saptocondro

No comments: