Pages

Tuesday, April 22, 2014

Belajar mengerti survei politik

Aku sedang belajar mengerti survei politik. Sekarang ada banyak lembaga survei politik di Indonesia. Yang tercatat di KPU berjumlah 56 lembaga. Mereka menyelenggarakan survei untuk kepentingan pemilu legislatif, pemilu presiden, pemilihan gubernur serta pemilihan walikota atau bupati. Sebagian survei mendapat dana dari universitas, media pers, dunia internasional, dll yang relatif netral dalam politik. Sedangkan sebagian lain mendapat dana dari partai politik atau dari tim sukses calon yang akan dipilih.



Selain mengadakan survei menjelang Pemilu, lembaga-lembaga tersebut juga melakukan "exit polls" dan "quick count". Tujuannya adalah memperkirakan persentase suara pemilih. Sayang sekali, metode hitung cepat yang dipakai belum bagus memperkirakan jumlah kursi yang akan didapat dalam parlemen.

Alasanku belajar mengerti survei politik adalah untuk mengetahui hal-hal ilmiah seputar kegiatan ini:
  • Bagaimana penggunaan kaidah statistika digunakan?
  • Bagaimana cara pengambilan sampel?
  • Apa yang terjadi jika data asimetris?
  • Masih layakkah asumsi distribusi normal atau Gaussian dipakai?
  • Mengapa metode yang ada mampu memperkirakan suara pemilih tapi belum bisa memperkirakan jumlah kursi di parlemen?
  • Mungkinkah ada algoritma lain yang bisa dipakai untuk memperkirakan proporsi suara dan jumlah kursi, walau data asimetris? Terutama menggunakan pengetahuan mengenai sistem dinamika dan aljabar linear, yang lebih sesuai dengan bidangku sebagai Control Engineer.

Sebelumnya, aku sudah menulis tentang bagaimana cara pengambilan sampel pada survei politik, jika menggunakan kaidah statistik. Tulisan tersebut ada pada blogku yang lain: "Pemilu Indonesia: Survei, Quick Count dan Exit Polls". Pada tulisanku terdapat sedikit informasi mengenai cara pengambilan sampel menggunakan metode acak berjenjang/bertingkat (stratified random sampling), akan tetapi tidak ada contoh. Kali ini, aku akan menunjukkan beberapa slide presentasi dari 4 lembaga survei yang berisi contoh-contoh tersebut.

***

Survei Nasional Saiful Mujani Research & Consulting
(26-29 Maret 2014)

slide



Penggunaan stratified random sampling dapat dilihat pada halaman 3-9 slide di atas.

***

Survei Nasional CSIS
(7-17 Maret 2014)

slide



Penggunaan metode acak bertingkat dapat dilihat pada halaman 2 slide di atas.

Yang menarik dari kesimpulan CSIS adalah kejujurannya dengan mengatakan bahwa banyak pemilih yang masih ragu-ragu, sehingga pilihannya bisa berubah. Ada pula pemilih yang belum punya pilihan. Ini sesuai hasil survei mereka pada halaman 5-7 slide di atas.

Lembaga survei lain terlalu berani menyimpulkan kalau partai yang satu akan menang telak dan bisa mencalonkan Presiden tanpa koalisi sedangkan ada partai lain akan tidak lolos ambang batas 3,5%. Padahal hasil survei jelas menunjukkan ada persentase tinggi untuk yang belum memiliki pilihan.

Ini menunjukkan kualitas penelitian CSIS dengan kualitas penelitian lembaga lain.

***

Jajak pendapat dari Focus Survei Indonesia
(3-21 Januari 2014)

slide



Penggunaan metode acak berjenjang (multistage random sampling) dapat dilihat pada halaman 5-9 slide di atas.

***

Survei Vox Populi
(9-23 Desember 2013)

slide



Penggunaan metode acak berjenjang (multistage random sampling) dapat dilihat pada halaman 3-6 di atas.

***

Begitulah contoh-contoh penggunaaan metode acak berjenjang/bertingkat yang biasa disebut "multistage random sampling" atau "stratified random sampling". Dengan metode ini, perkiraan suara mengikuti asumsi distribusi populasi penduduk yang tersebar secara geografis dan gender.


Bremen, 21 April 2014

iscab.saptocondro